PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK
a. Pengertian
Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan ” suatu proses perubahan pada
diri individu atau organisme, baik jasmani dan rohani menuju tingkat kedewasaan
atau kematangan yang berlangsung secara sistematis progresif, dan
berkesinambungan”, (Syamsu Yusuf : 83 ).
Istilah “Perkembangan” secara khusus diartikan sebagai “perubahan-perubahan
yang bersifat kwalitatif yang menyangkut aspek-aspekmental psikologis
manusia”, seperti perubahan-perubahan yang berkaitan dengan aspek pengetahuan,
kemampuan, sifat sosial, moral, keyakinan agama, kecerdasan dan
sebagainya, sehingga dengan perkembangan tersebut si anak akan semakin
bertambah banyak pengetahuan dan kemampuannya juga semakin baik sifat sosial,
moral, keyakinan agama dan sebagainya.
Pada anak-anak untuk menunjukkan atau menjadi dewasa melalui
empat bahasa yaitu Ucapan, Verbal,Visual, dan Motorik.
Menurut teori barat yang dikemukakan oleh Sir Cyril Burt,
Viktor Lowenfeld, dan W.Lambert Brittan mengemukakan tentang masa perkembangan
anak yaitu:
Masa corengan
|
2-5 tahun
|
Masa garis
|
4 tahun
|
Masa perlambangn terurai
|
5-6 tahun
|
Masa realism terurai
|
7-8 tahun
|
Masa realism cerapan
|
9-12 tahun
|
Masa refresip
|
11-14 tahun
|
Masa kebangkitan rasa artistik
|
15 - keatas
|
Pada masa perkembangn anak, tidak
selalu sejalan engn apa yang terjadi pada waktu anak masih kecil. Misalnya saja
masalah menggambar, pada waktu masih anak-anak hamper semua suka menggambar,
namun saat dewasa hobi atau kegatan tersebutbelum tentu masih di sukai.
Persentasi
yang suka menggambar
2………………….................................…15
thun keatas
A.
Prinsip-Prinsip
Perkembangan Anak
Perkembangan anak pada dasarnya adalah perubahan-perubahan
yang terjadi dalam seluruh bagian diri anak, baik fisik, sosial, emosi,
dan kognitif (berpikir). Prinsip-prinsip penting dalam perkembangan anak.
1.
.Dimensi-dimensi perkembangan anak—fisik,
sosial, emosi, kognitif, dan spiritual—berhubungan erat satu sama lain. Perubahan
dalam satu dimensi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh dimensi lain. Perkembangan
dalam satu dimensi dapat membatasi atau memfasilitasi perkembangan pada
dimensi-dimensi lainnya (Sroufe, Cooper, & DeHart 1992; Kostelnik,
Soderman, & Whiren 1993).
Sebagai
contoh, ketika para bayi mulai belajar berjalan, kemampuan mereka untuk
menjelajahi lingkungan menjadi meluas dan pergerakan mereka ini, pada
gilirannya, mempengaruhi perkembangan kognitif mereka. Sebagaimana halnya
perkembangan dalam keterampilan berbahasa mempengaruhi kemampuan anak-anak
untuk membangun hubungan-hubungan social dengan orang dewasa dan anak-anak yang
lain, dan pada gilirannya keterampilan-keterampilan dalam interaksi sosial ini
dapat mendukung atau menghambat perkembangan bahasa mereka.
2.
Perkembangan anak berlangsung dalam sebuah
tahapan yang relatif teratur di mana kemampuan-kemampuan,
keterampilan-keterampilan, dan pengetahuan-pengetahuan lanjut anak terbangun
atas kemampuan-kemampuan, keterampilan-keterampilan, dan pengetahuan-pengetahuan
anak sebelumnya. Riset-riset perkembangan manusia menunjukkan bahwa
tahapan-tahapan pertumbuhan dan perubahan anak usia 9 tahun pertama rentang
kehidupan relatif stabil dan dapat diprediksikan tahapannya (Piaget 1952;
Erikson 1963; Dyson & Genishi 1993; Gallahue 1993; Case & Okamoto
1996).
3.
Perolehan perkembangan bervariasi untuk setiap
anak, termasuk untuk keberfungsian semua dimensi perkembangan dalam diri anak.
Keragaman individual paling tidak dalam dua makna: keragaman dari rata-rata/normatif
arah perkembangan dan keunikan setiap anak sebagai individu (Sroufe, Cooper,
& DeHart 1992)
Setiap anak
adalah seorang pribadi unik dengan pola dan waktu pertumbuhan bersifat
individual, sebagaimana halnya untuk kepribadian, temperamen, gaya belajar,
latar belakang dan pengalaman keluarga. Semua anak memiliki kelebihan,
kebutuhan-kebutuhan, dan minat-minat masing-masing; sejumlah mungkin memiliki
kebutuhan belajar dan perkembangan yang khusus. Pemahaman tentang keragaman
yang luas bahkan pada anak-anak usia kronologis (usia yang dihitung sejak anak
lahir) yang sama, hendaknya mengantarkan kita pada kesadaran bahwa usia anak
hanyalah sebuah gambaran kasar untuk kemasakan perkembangan anak
Pengakuan
bahwa keragaman individual bukan hanya diharapkan tapi juga dihargai menuntut
kita sebagai orang dewasa ketika berinteraksi dengan anak-anak memperlakukan
mereka secara tepat dengan keunikannya masing-masing. Penekanan perlakuan anak
secara individual sesuai dengan keunikan masing-masing anak tidaklah sama
dengan “individualisme.”
4.
Pengalaman-pengalaman awal memberikan pengaruh
yang bersifat kumulatif maupun tertunda terhadap perkembangan anak; ada
periode-periode optimal untuk jenis-jenis perkembangan dan belajar tertentu.
Pengalaman-pengalaman awal anak, baik positif atau negatif, bersifat kumulatif
dalam arti bahwa jika sebuah pengalaman frekuensi kejadiannya jarang, maka hal
tersebut juga memiliki pengaruh minimal. Jika pengalaman-pengalaman positif
atau negatif sering terjadi, mereka memberikan dampak yang sangat kuat, lama,
dan bahkan memiliki dampak seperti bola salju (Katz & Chard 1989;
Kostelnik, Soderman, & Whiren 1993; Wieder & Greenspan 1993).
Sebagai contoh, pengalaman seorang anak prasekolah bersama anak-anak dalam
tahun-tahun prasekolah membantu dia mengembangkan keterampilan-keterampilan
sosial dan kepercayaan diri yang memungkinkan dia memiliki
teman-teman/persahabatan dalam tahun-tahun pertama sekolah dan
pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menguatkan kompetensi sosialnya. Sebaliknya,
anak-anak yang gagal untuk mengembangkan kompetensi sosial minimal dan
diabaikan atau ditolak teman-teman sebayanya memiliki resiko tinggi untuk drop
out sekolah, menjadi anak-anak dan remaja nakal, dan menunjukkan permasalahan
kesehatan mental ketika mereka dewasa (Asher, Hymel, & Renshaw, 1984;
Parker & Asher 1987)
5.
Perkembangan berjalan dalam arah yang dapat
diprediksikan menuju sebuah kondisi yang lebih kompleks, lebih terorganisasi,
dan lebih terinternalisasi. Belajar selama periode anak usia dini berlangsung
dari pengetahuan yang berbentuk perilaku menuju pengetahuan yang berbentuk
simbolik (Bruner 1983).
Sebagai contoh,
anak-anak belajar untuk mengenali rumah mereka dan tempat-tempat lain yang
mereka kenal lebih dahulu sebelum mereka dapat memahami kata-kata kiri dan
kanan atau membaca peta sebuah rumah. Program-program yang tepat menurut
tahapan perkembangan menyediakan banyak kesempatan kepada anak-anak untuk
memperluas dan memperdalam pengetahuan mereka yang bersifat pengetahuan dengan
menyediakan sebuah pengalaman langsung yang bervariasi dan membantu anak-anak
menguasai pengetahuan yang bersifat simbolik melalui representasi
pengalaman-pengalaman mereka dalam media yang beragam seperti menggambar,
melukis, menyusun model, bermain drama, deskripsi-deskripsi verbal dan
tertulisa (Katz1995).
Bahkan setiap
anak yang masih kecil mampu untuk menggunakan beragam media untuk
merepresentasikan konsep-konsep pemahaman mereka. Lebih lanjut, melalui
representasi pengetahuan mereka, pengetahuan itu sendiri menjadi meningkat
(Edwards, Gandini, & Forman 1993; Malaguzzi 1993;Forman 1994).
6.
Perkembangan dan belajar terjadi dalam dan
dipengaruhi oleh kontek social cultural yang majemuk. Bronfenbrenner (1979,
1989, 1993) menyediakan sebuah model ekologis untuk memahami perkembangan
manusia. Bronfenbrenner menjelaskan bahwa perkembangan anak paling baik
dipahami dalam kontek keluarga, setting pendidikan, komunitas, dan masyarakat
yang lebih luas. Kontek-kontek yang beragam ini berhubungan satu sama lain dan
semuanya memiliki pengaruh terhadap anak yang sedang berkembang. Sebagai
contoh, bahkan seorang anak diasuh dalam keluarga yang mencintai dan
mendukungnya, komunitas yang sehat dipengaruhi oleh bias-bias masyarakat yang
lebih luas, seperti rasisme atau seksisme, dan kemungkinan memperlihatkan
pengaruh negatif dari stereotif negative dan diskriminasi.
7.
Anak-anak adalah pembelajar aktif, mengalami
langsung pengalaman fisik dan sosial sebagaimana halnya pengetahuan yang
ditransmisikan secara kultural untuk menyusun pemahaman-pemahaman mereka
sendiri tentang dunia yang ada di sekitar mereka. Anak-anak memiliki kontribusi
terhadap perkembangan dan belajar mereka sendiri sebagaimana halnya mereka
berusaha untuk menanggapi pengalaman-pengalaman harian mereka di rumah, program
usia dini dan komunitas. Prinsip-prinsip dari praktek yang sesuai dengan
tahapan perkembangan didasarkan pada teori-teori dominan yang memandang bahwa
perkembangan intelektual dari sebuah perspektif konstruktivis-interaktif (Dewey
1916; Piaget 1952; Vygotsky 1978; DeVries & Kohlberg 1990; Rogoff.
8.
Perkembangan dan belajar merupakan hasil
interaksi antara maturasi biologis dan lingkungan, baik fisik maupun sosial, di
mana anak-anak tinggal di dalamnya. Prinsip ini menunjukkan bahwa manusia
merupakan produk hereditas (biologis) dan lingkungan dan kedua kekuatan ini
berhubungan satu sama lain
Sebagai
contoh, sebuah bawaan genetik kemungkinan memprediksi pertumbuhan yang sehat,
tetapi nutrisi yang tidak mencukupi dalam tahun-tahun awal kehidupan mengganggu
terpenuhinya potensi tersebut. Disabilitas yang parah, baik disebabkan
hereditas atau lingkungan, kemungkinan dapat diperbaiki melalui intervensi yang
sistematik dan tepat. Demikian juga halnya, seorang anak dengan temperamen yang
dibawanya—sebuah kecenderungan psikologi dalam menanggapi situasi
tertentu—membentuk dan dibentuk oleh bagaimana anak-anak lain dan orang-orang
dewasa berkomunikasi dengan anak tersebut.
9.
Bermain merupakan sebuah instrumen penting bagi
perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak-anak, juga sebagai sebuah
refleksi atas perkembangan mereka. Memahami bahwa anak adalah
konstruktor-konstruktor aktif atas pengetahuan yang dimiliki dan bahwa
perkembangan dan belajar sebagai hasil proses interaktif, para guru anak usia
dini mengakui bahwa bermain bagi anak merupakan sebuh kontek yang sangat
mendukung untuk proses-proses perkembangan tersebut (Piaget 1952; Fein 1981;
Bergen 1988; Smilansky & Shefatya 1990; Fromberg 1992; Berk & Winsler
1995).
10. Perkembangan
tingkat lanjut dicapai ketika anak-anak memiliki kesempatan-kesempatan untuk
mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru dikuasai, sebagaimana juga
mereka mengalami sebuah tantangan dalam level di atas penguasaan mereka
sekarang ini. Penelitian-penelitian mendemonstrasikan bahwa anak-anak perlu
untuk mampu menegosiasikan sebagian besar tugas-tugas belajar dengan sukses
untuk memelihara motivasi dan keteguhan mereka (Lary 1990; Brophy 1992).
Dihadapkan pada kegagalan yang berulang, kebanyakan anak-anak berhenti untuk
mencoba. Implikasinya adalah bahwa pada sebagian besar waktu para guru
seharusnya menyediakan anak-anak dengan tugas-tugas yang dengan usaha-usahanya
mereka dapat menyelesaikan dan mempresentasikannya sesuai dengan tingkat
pemahaman mereka.
11. Anak-anak
menunjukkan cara-cara yang berbeda dalam mengetahui dan belajar, dan cara-cara
yang berbeda dalam merepresentasikan apa yang mereka ketahui. Pada kurun waktu
tertentu, para teoritisi belajar dan ahli psikologi perkembangan telah mengakui
bahwa manusia terlahir untuk memahami dunia dalam cara-cara yang beragam dan
bahwa setiap individu cenderung memiliki preferensi atau model belajar
tertentu. Studi-studi perbedaan dalam modalitas belajar telah menemukan hal
yang kontras antara pembelajar visual, auditori, atau taktil. Sementara karya
yang lain telah mengidentifikasi jenis pembelajar mandiri atau dependen (Witkin
1962).
12. Anak-anak
berkembang dan belajar dengan sangat baik dalam kontek sebuah komunitas di mana
mereka aman dan dihargai, kebutuhan-kebutuhan fisik mereka terpenuhi, dan
mereka merasa secara psikologis aman. Perkembangan anak-anak dalam semua
bagiannya dipengaruhi oleh abilitas mereka untuk membangun dan memelihara
sebuah hubungan primer yang positif secara konsisten dengan orang-orang dewasa
dan anak-anak yang lain (Bowlby 1969; Stern 1985; Garbarino et al. 1992).
Hubungan-hubungan primer ini berawal dalam keluarga tetapi kemudian meluas
seiring berjalannya waktu termasuk guru-guru anak-anak dan anggota-anggota
komunitas; oleh karena itu, praktek-praktek yang sesuai dengan tahapan
perkembangan seharusnya memperhatikan dengan baik kebutuhan-kebutuhan fisik,
sosial, dan emosi sebagaimana halnya perkembangan intelektual.
thank for reading