Sabtu, 26 April 2014

“MEMBUAT BATIK IKAT”


“MEMBUAT BATIK IKAT”

Batik celup atau juga dikenali sebagai batik ikat, merujuk kepada kaedah mencorak batik dengan cara mencelup kain kedalam pewarna sebanyak beberapa kali. Corak dan reka bentuk penerapan warna dirancang terlebih dahulu dan bahagian yang hendak dilindung dari pewarna akan dicorak dengan menggunakan lilit (yang biasanya dicampur damar) atau diikat ponjok. Lilin atau ikatan tersebut akan melindung warna sedia ada dari bertukar apabila dicelup kedalam warna berikutnya.
Pada kebiasaannya, batik celup akan dicelup dari warna cerah kepada warna semakin gelap. Ini bagi mengelak warna celupan dari bercampur atau comot. Proses mengikat atau melilin corak batik pada kain putih dan proses pewarnaan dengan merencam kain ke dalam pewarna akan diulang beberapa kali dengan corak yang berlainan untuk mendapatkan corak batik yang lengkap.
Batik yang dibuat tanpa menggunakan malam sebagai bahan perintang akan tetapi menggunakan tali yang diikatkan pada kain yang berfungsi merintangi warna masuk keserat kain. Tali dibuka setelah pencelupan selesai. Karena ikatan tali pada kain akan timbul motif tertentu.

Teknik Membuat Batik Ikat (Celup)
·         Tahap Persiapan

Pada tahap Kita harus menentukan corak apa yang kita akan buat. Setelah menentukan pilihan, corak apa yang akan di buat. Selanjutnya kita menentukan warna apa saja yang akan kita pakai. Untuk pemula lecih baik menggunakan  2 atau 3 warna supaya batik yang nanti di buat tidak gagal atau menghasilkan batik celup yang lumayan.
Alat dan bahan:
>Bahan :
            Kain, benang, garam, cuka, air bersih, pewarna tekstil, tali rapia.
>Alat : Kompor, panci, Ember, Sendok , dan gunting.

·         Tahap Pembuatan batik celup ikat
   Pembuatan Corak
Pembuatan corak di lakukan dengan mengikat atau menjait kain sesuai corak yang di inginkan, pada proses pengikatan ini ini bisa di katakana pengikatan pertana jadi saat mengikatnya usahakan ikatan tali rapianya menutupi dan kencang.

Lipatan sederhana membuat motip garis-garis"

"mengikat kain dengan ikatan sederhana"


b.      Penelupan warna
Kain yang telah selesai di ikat kemudian di bkemudian di rebus pada air yang sudah di beri warna dan di tambahkan cuka + garam dengan tujuan supaya warna melekat pada kain.

Kita rebus selama 1 jam. Kemudian cuci dengan air bersih atau air yang di tambahkan cuka. 

  1. Tahap Penyelesaian Akhir

Kain yang telah di beri warna tersebut, kemudian di cuci lalu di tiriskan. Tujuannya untuk menghentikan proses perembesan zat warna ke dalam lekukan kain tersebut.
 "setelah di cuci kemudian kain di tiriskan hingga kain tidak lagi meneteskan sisa-sisa warna yang pertama"
setelah proses ini kita bisa menambahkan warna lai dengan cara mengikat kembali dan menutupi warna pertama kemudian di rebus kembali dengan warna lainnya.

"pengikatan warna ke 2"
"kemuduan di masak kembali"

Setelah warna kedua kemudian di tiriskan lagi namun kita harus tetap ingat ikatannya jangan dibuka hingga warna seterusnya.
pada proses akhir kita buka dengan guntung dan tiriskan supaya warna yang satu dan yang lain tidak campur.

"inilah hasil dari batik ikat dengan 3 warna. kuning, hijau dan merah tua"

semoga bermanfaat :-)





Minggu, 20 April 2014

PANDANGAN SENI KRIYA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT (MAYOR ART DAN MINOR ART)

 PANDANGAN SENI KRIYA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Seperti yang kita ketahuhui dalam kehidupan masyarakat seni kriya lebih kita kenal sebagai suatu seni yang menekankan pada ketrampilan tangan dan kreativitas yang tinggi dalam proses pengerjaannya serta menghasilkan suatu karya seni yang bernilai tinggi
Seni kriya merupakan warisan seni budaya yang adi luhung. Pada kehidupan masyarakat jawa dulu Seni kriya dikonsumsi oleh kalangan bangsawan dan masyarakat elit sedangkan kerajinan didukung oleh masyarakat umum atau kawula alit, yakni masyarakat yang hidup di luar tembok keraton. Seni kriya dipandang sebagai seni yang unik dan berkualitas tinggi .
sedangkan kerajinan dipandang kasar dan terkesan tidak tuntas. Bedakan pembuatan keris dengan pisau baik proses, bahan, atau kemampuan pembuatnya.
Kriya termasuk dalam lingkup dunia seni rupa. Bisa sebagai bagian seni tersendiri, yang terpisah dari seni rupa murni. Jika sebelumnya dikenal ada istilah “seni kriya” sebagai bagian dari “seni murni”, namun kemudian menjadi “kriya seni”, lalu menjadi berkembang dan disebut dengan istilah “kriya” saja, yang menghasilkan produk kekriyaan dengan penggunaan beragam bahan dan fungsi.

Major Art dan Minor Art

Major art lebih di kenal atau di anggap suatu yang utama, pada kehidupan masyarakat major art ini lebih di kenal seperti seni yang sangat popular, untuk para pecinta seni major art sangat di istimewakan misalnya seperti karya lukis, seperti yang diketahui seni lukis adalah salah suatu karya seni yang bernilai tinggi dari seni-seni lainnya, selain itu seni lukis adalah karya yang di anggp nomer satu pada kehidupan pecinta seni, sebaliknya minor art di anggap sesuatu yang di anggap remeh atau tidak penting, misalnya kriya atau barang hias yang terbuat dari tanah atau keramik. Seni kriya selalu menjadi nomer dua bila di bndingkan dengn seni lukis, adahal dalam kehidupan yang lebih berperan dalam keseharian adalah seni kriya.
Pada kenyataan di lapangan yang kita ketahui pembuat seni kriya tidak pernah di panggil seniman padahal kriya adalah suatu karya seni, namun pembuat seni kriya kita sering kenal dengan pengerajin, sedangkan pembuat seni lukis kita sering sebut dengan Seniman. Kesenjangn ini mungkin sudah terjadi di tahun-tahun yang dulu yng entah kita tidak ketahui mengapa Major Art dan minor art tidak bisa sejalan karna Minor Art lebih di anggap sebagai pendamping ataupun pelengkap dari  Mayor Art.




Kamis, 17 April 2014

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK



PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK
a.       Pengertian Perkembangan 
Perkembangan dapat diartikan ” suatu proses perubahan pada diri individu atau organisme, baik jasmani dan rohani menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis progresif, dan berkesinambungan”, (Syamsu Yusuf : 83 ).
Istilah “Perkembangan” secara khusus diartikan sebagai “perubahan-perubahan yang bersifat kwalitatif yang menyangkut aspek-aspekmental psikologis manusia”, seperti perubahan-perubahan yang berkaitan dengan aspek pengetahuan, kemampuan, sifat sosial, moral, keyakinan agama, kecerdasan dan sebagainya, sehingga dengan perkembangan tersebut si anak akan semakin bertambah banyak pengetahuan dan kemampuannya juga semakin baik sifat sosial, moral, keyakinan agama dan sebagainya. 
           
Pada anak-anak untuk menunjukkan atau menjadi dewasa melalui empat bahasa yaitu Ucapan, Verbal,Visual, dan Motorik.
Menurut teori barat yang dikemukakan oleh Sir Cyril Burt, Viktor Lowenfeld, dan W.Lambert Brittan mengemukakan tentang masa perkembangan anak yaitu:

Masa corengan
2-5 tahun
Masa garis
4 tahun
Masa perlambangn terurai
5-6 tahun
Masa realism terurai
7-8 tahun
Masa realism cerapan
9-12 tahun
Masa refresip
11-14 tahun
Masa kebangkitan rasa artistik
15 - keatas
            Pada masa perkembangn anak, tidak selalu sejalan engn apa yang terjadi pada waktu anak masih kecil. Misalnya saja masalah menggambar, pada waktu masih anak-anak hamper semua suka menggambar, namun saat dewasa hobi atau kegatan tersebutbelum tentu masih di sukai.
Persentasi yang suka menggambar
       

   2………………….................................…15 thun keatas

 A.    Prinsip-Prinsip Perkembangan Anak
            Perkembangan anak pada dasarnya adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam seluruh bagian diri anak, baik fisik, sosial, emosi, dan kognitif (berpikir). Prinsip-prinsip penting dalam perkembangan anak.
1.      .Dimensi-dimensi perkembangan anak—fisik, sosial, emosi, kognitif, dan spiritual—berhubungan erat satu sama lain. Perubahan dalam satu dimensi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh dimensi lain. Perkembangan dalam satu dimensi dapat membatasi atau memfasilitasi perkembangan pada dimensi-dimensi lainnya (Sroufe, Cooper, & DeHart 1992; Kostelnik, Soderman, & Whiren 1993).
Sebagai contoh, ketika para bayi mulai belajar berjalan, kemampuan mereka untuk menjelajahi lingkungan menjadi meluas dan pergerakan mereka ini, pada gilirannya, mempengaruhi perkembangan kognitif mereka. Sebagaimana halnya perkembangan dalam keterampilan berbahasa mempengaruhi kemampuan anak-anak untuk membangun hubungan-hubungan social dengan orang dewasa dan anak-anak yang lain, dan pada gilirannya keterampilan-keterampilan dalam interaksi sosial ini dapat mendukung atau menghambat perkembangan bahasa mereka.
2.      Perkembangan anak berlangsung dalam sebuah tahapan yang relatif teratur di mana kemampuan-kemampuan, keterampilan-keterampilan, dan pengetahuan-pengetahuan lanjut anak terbangun atas kemampuan-kemampuan, keterampilan-keterampilan, dan pengetahuan-pengetahuan anak sebelumnya. Riset-riset perkembangan manusia menunjukkan bahwa tahapan-tahapan pertumbuhan dan perubahan anak usia 9 tahun pertama rentang kehidupan relatif stabil dan dapat diprediksikan tahapannya (Piaget 1952; Erikson 1963; Dyson & Genishi 1993; Gallahue 1993; Case & Okamoto 1996).
3.      Perolehan perkembangan bervariasi untuk setiap anak, termasuk untuk keberfungsian semua dimensi perkembangan dalam diri anak. Keragaman individual paling tidak dalam dua makna: keragaman dari rata-rata/normatif arah perkembangan dan keunikan setiap anak sebagai individu (Sroufe, Cooper, & DeHart 1992)
Setiap anak adalah seorang pribadi unik dengan pola dan waktu pertumbuhan bersifat individual, sebagaimana halnya untuk kepribadian, temperamen, gaya belajar, latar belakang dan pengalaman keluarga. Semua anak memiliki kelebihan, kebutuhan-kebutuhan, dan minat-minat masing-masing; sejumlah mungkin memiliki kebutuhan belajar dan perkembangan yang khusus. Pemahaman tentang keragaman yang luas bahkan pada anak-anak usia kronologis (usia yang dihitung sejak anak lahir) yang sama, hendaknya mengantarkan kita pada kesadaran bahwa usia anak hanyalah sebuah gambaran kasar untuk kemasakan perkembangan anak
Pengakuan bahwa keragaman individual bukan hanya diharapkan tapi juga dihargai menuntut kita sebagai orang dewasa ketika berinteraksi dengan anak-anak memperlakukan mereka secara tepat dengan keunikannya masing-masing. Penekanan perlakuan anak secara individual sesuai dengan keunikan masing-masing anak tidaklah sama dengan “individualisme.”
4.      Pengalaman-pengalaman awal memberikan pengaruh yang bersifat kumulatif maupun tertunda terhadap perkembangan anak; ada periode-periode optimal untuk jenis-jenis perkembangan dan belajar tertentu. Pengalaman-pengalaman awal anak, baik positif atau negatif, bersifat kumulatif dalam arti bahwa jika sebuah pengalaman frekuensi kejadiannya jarang, maka hal tersebut juga memiliki pengaruh minimal. Jika pengalaman-pengalaman positif atau negatif sering terjadi, mereka memberikan dampak yang sangat kuat, lama, dan bahkan memiliki dampak seperti bola salju (Katz & Chard 1989; Kostelnik, Soderman, & Whiren 1993; Wieder & Greenspan 1993).
Sebagai contoh, pengalaman seorang anak prasekolah bersama anak-anak dalam tahun-tahun prasekolah membantu dia mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial dan kepercayaan diri yang memungkinkan dia memiliki teman-teman/persahabatan dalam tahun-tahun pertama sekolah dan pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menguatkan kompetensi sosialnya. Sebaliknya, anak-anak yang gagal untuk mengembangkan kompetensi sosial minimal dan diabaikan atau ditolak teman-teman sebayanya memiliki resiko tinggi untuk drop out sekolah, menjadi anak-anak dan remaja nakal, dan menunjukkan permasalahan kesehatan mental ketika mereka dewasa (Asher, Hymel, & Renshaw, 1984; Parker & Asher 1987)
5.      Perkembangan berjalan dalam arah yang dapat diprediksikan menuju sebuah kondisi yang lebih kompleks, lebih terorganisasi, dan lebih terinternalisasi. Belajar selama periode anak usia dini berlangsung dari pengetahuan yang berbentuk perilaku menuju pengetahuan yang berbentuk simbolik (Bruner 1983).
Sebagai contoh, anak-anak belajar untuk mengenali rumah mereka dan tempat-tempat lain yang mereka kenal lebih dahulu sebelum mereka dapat memahami kata-kata kiri dan kanan atau membaca peta sebuah rumah. Program-program yang tepat menurut tahapan perkembangan menyediakan banyak kesempatan kepada anak-anak untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan mereka yang bersifat pengetahuan dengan menyediakan sebuah pengalaman langsung yang bervariasi dan membantu anak-anak menguasai pengetahuan yang bersifat simbolik melalui representasi pengalaman-pengalaman mereka dalam media yang beragam seperti menggambar, melukis, menyusun model, bermain drama, deskripsi-deskripsi verbal dan tertulisa (Katz1995).
Bahkan setiap anak yang masih kecil mampu untuk menggunakan beragam media untuk merepresentasikan konsep-konsep pemahaman mereka. Lebih lanjut, melalui representasi pengetahuan mereka, pengetahuan itu sendiri menjadi meningkat (Edwards, Gandini, & Forman 1993; Malaguzzi 1993;Forman 1994).
6.      Perkembangan dan belajar terjadi dalam dan dipengaruhi oleh kontek social cultural yang majemuk. Bronfenbrenner (1979, 1989, 1993) menyediakan sebuah model ekologis untuk memahami perkembangan manusia. Bronfenbrenner menjelaskan bahwa perkembangan anak paling baik dipahami dalam kontek keluarga, setting pendidikan, komunitas, dan masyarakat yang lebih luas. Kontek-kontek yang beragam ini berhubungan satu sama lain dan semuanya memiliki pengaruh terhadap anak yang sedang berkembang. Sebagai contoh, bahkan seorang anak diasuh dalam keluarga yang mencintai dan mendukungnya, komunitas yang sehat dipengaruhi oleh bias-bias masyarakat yang lebih luas, seperti rasisme atau seksisme, dan kemungkinan memperlihatkan pengaruh negatif dari stereotif negative dan diskriminasi.
7.      Anak-anak adalah pembelajar aktif, mengalami langsung pengalaman fisik dan sosial sebagaimana halnya pengetahuan yang ditransmisikan secara kultural untuk menyusun pemahaman-pemahaman mereka sendiri tentang dunia yang ada di sekitar mereka. Anak-anak memiliki kontribusi terhadap perkembangan dan belajar mereka sendiri sebagaimana halnya mereka berusaha untuk menanggapi pengalaman-pengalaman harian mereka di rumah, program usia dini dan komunitas. Prinsip-prinsip dari praktek yang sesuai dengan tahapan perkembangan didasarkan pada teori-teori dominan yang memandang bahwa perkembangan intelektual dari sebuah perspektif konstruktivis-interaktif (Dewey 1916; Piaget 1952; Vygotsky 1978; DeVries & Kohlberg 1990; Rogoff.
8.      Perkembangan dan belajar merupakan hasil interaksi antara maturasi biologis dan lingkungan, baik fisik maupun sosial, di mana anak-anak tinggal di dalamnya. Prinsip ini menunjukkan bahwa manusia merupakan produk hereditas (biologis) dan lingkungan dan kedua kekuatan ini berhubungan satu sama lain
Sebagai contoh, sebuah bawaan genetik kemungkinan memprediksi pertumbuhan yang sehat, tetapi nutrisi yang tidak mencukupi dalam tahun-tahun awal kehidupan mengganggu terpenuhinya potensi tersebut. Disabilitas yang parah, baik disebabkan hereditas atau lingkungan, kemungkinan dapat diperbaiki melalui intervensi yang sistematik dan tepat. Demikian juga halnya, seorang anak dengan temperamen yang dibawanya—sebuah kecenderungan psikologi dalam menanggapi situasi tertentu—membentuk dan dibentuk oleh bagaimana anak-anak lain dan orang-orang dewasa berkomunikasi dengan anak tersebut.
9.      Bermain merupakan sebuah instrumen penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak-anak, juga sebagai sebuah refleksi atas perkembangan mereka. Memahami bahwa anak adalah konstruktor-konstruktor aktif atas pengetahuan yang dimiliki dan bahwa perkembangan dan belajar sebagai hasil proses interaktif, para guru anak usia dini mengakui bahwa bermain bagi anak merupakan sebuh kontek yang sangat mendukung untuk proses-proses perkembangan tersebut (Piaget 1952; Fein 1981; Bergen 1988; Smilansky & Shefatya 1990; Fromberg 1992; Berk & Winsler 1995).
10.  Perkembangan tingkat lanjut dicapai ketika anak-anak memiliki kesempatan-kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru dikuasai, sebagaimana juga mereka mengalami sebuah tantangan dalam level di atas penguasaan mereka sekarang ini. Penelitian-penelitian mendemonstrasikan bahwa anak-anak perlu untuk mampu menegosiasikan sebagian besar tugas-tugas belajar dengan sukses untuk memelihara motivasi dan keteguhan mereka (Lary 1990; Brophy 1992). Dihadapkan pada kegagalan yang berulang, kebanyakan anak-anak berhenti untuk mencoba. Implikasinya adalah bahwa pada sebagian besar waktu para guru seharusnya menyediakan anak-anak dengan tugas-tugas yang dengan usaha-usahanya mereka dapat menyelesaikan dan mempresentasikannya sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.
11.  Anak-anak menunjukkan cara-cara yang berbeda dalam mengetahui dan belajar, dan cara-cara yang berbeda dalam merepresentasikan apa yang mereka ketahui. Pada kurun waktu tertentu, para teoritisi belajar dan ahli psikologi perkembangan telah mengakui bahwa manusia terlahir untuk memahami dunia dalam cara-cara yang beragam dan bahwa setiap individu cenderung memiliki preferensi atau model belajar tertentu. Studi-studi perbedaan dalam modalitas belajar telah menemukan hal yang kontras antara pembelajar visual, auditori, atau taktil. Sementara karya yang lain telah mengidentifikasi jenis pembelajar mandiri atau dependen (Witkin 1962).
12.  Anak-anak berkembang dan belajar dengan sangat baik dalam kontek sebuah komunitas di mana mereka aman dan dihargai, kebutuhan-kebutuhan fisik mereka terpenuhi, dan mereka merasa secara psikologis aman. Perkembangan anak-anak dalam semua bagiannya dipengaruhi oleh abilitas mereka untuk membangun dan memelihara sebuah hubungan primer yang positif secara konsisten dengan orang-orang dewasa dan anak-anak yang lain (Bowlby 1969; Stern 1985; Garbarino et al. 1992). Hubungan-hubungan primer ini berawal dalam keluarga tetapi kemudian meluas seiring berjalannya waktu termasuk guru-guru anak-anak dan anggota-anggota komunitas; oleh karena itu, praktek-praktek yang sesuai dengan tahapan perkembangan seharusnya memperhatikan dengan baik kebutuhan-kebutuhan fisik, sosial, dan emosi sebagaimana halnya perkembangan intelektual.




thank for reading

Jumat, 04 April 2014

"PAKEM DALAM TRADISI"

"PAKEM DALAM TRADISI"




Pada kehidupan dan tradisi, pakem merupakan suatu kesepakatan, konvensi, TOR( Term Of Reference ), aturan, ataupu tata tertib yang mengikat atau mengatur warga sesuai tuntutan Pake tersebut.
Untuk tradisi biasanya Pakem tidak berubah, namun walaupun suatu pakem (peraturan) itu berubah mugkin ada beberapa hal yang mempengaruhinya seperti:
·         Falsapah
·         Pengalaman, dan
·         Kearifan
Bisa di katakana juga, suatu pakem itu berubah tergantung kondisi, seperti halnya di zaman modern seperti ini, meskipun perubahan dari pakem itu lambat.
·         Tentang Tradisi dan Pakem
Istilah tradisional berasal dari kata “tradisi” yang menunjuk kepada suatu lembaga, artefak, kebiasaan atau perilaku yang didasarkan pada tata aturan atau norma tertentu baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang diwariskan secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Tradisi memiliki sejumlah sisi pengertian dan konteks (Biranul Anas, 2002), yaitu tradisi dalam konteks cipta, dinamika, dan pakem. Tradisi merupakan totalitas ketiga konteks itu, yang saling beriteraksi dan berintegrasi. Ia tidak hanya berada dalam konteks acuan nilai (pakem), walaupun seringkali diartikan sebatas itu, tetapi juga dalam konteks konseptual dan kreativitas (cipta) serta konteks perubahan dan perkembangan (dinamika).
Pemahaman tradisi hanya dalam konteks pakem, acuan nilai-nilai luhur budaya nenek moyang yang sudah selesai dan harus dilestarikan bisa berlawanan dengan konteks dinamika, yang hidup dan penuh daya cipta. Sebaliknya melihat tradisi dari konteks dinamika dan cipta semata bisa mengancam eksistensi akar-akar budaya serta spiritlokal. Seni tradisi akan menjadi lebih hidup bila dipahami secara totalitas, integrasi antara ketiga konteksnya.




Rabu, 02 April 2014

ALIRAN – ALIRAN DALAM SENI RUPA

ALIRAN – ALIRAN DALAM SENI RUPA

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni atau seni murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.
Seni lukis merupakan salah satu cabang dari seni rupa dan merupakan sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Media lukisan bisa berupa kanvas, kertas, papan dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan dapat bermacam-macam, dengan syarat bisa memberi imaji tertentu kepada media yang digunakan.
Aliran Dalam Seni Lukis:
·         Naturalisme
Naturalisme merupakan corak atau aliran dalam seni rupa yang berusaha melukiskan sesuatu obyek sesuai dengan alam (nature). Obyek yang digambarkan diungkapkan seperti mata melihat. Untuk memberikan kesan mirip diusahakan bentuk yang persis, ini artinya proporsi, keseimbangan, perspektf, pewarnaan dan lainnya diusahakan setepat mungkin sesuai mata kita melihat.
Tokoh-tokoh Naturalisme : Rembrant, Williamn Hogart dan Frans Hall di Indonesia yang menganut corak ini : Raden Saleh, Abdullah Sudrio Subroto, Basuki Abdullah, Gambir Anom dan Trubus.
·         Realisme
Realisme adalah corak seni rupa yang menggambarkan kenyataan yang benar-benar ada, artinya yang ditekankan bukanlah obyek tetapi suasana dari kenyataan tersebut.
Tokoh-tokoh realisme ialah : Gustove Corbert, Fransisco de Goya dan Honore Daumier.
·         Romantisme
Romantisme merupakan corak dalam seni rupa yang berusaha menampilkan hal-hal yang fantastic, irrasional, indah dan absurd. Aliran ini melukiskan cerita-cerita romantis tentang tragedy yang dahsyat, kejadian dramatis yang biasa ditampilkan dalam cerita romah. Penggambaran obyeknya lebih sedikit dari kenyataan, warna yang lebih meriah, gerakan yang lebih lincah, pria yang lebih gagah, wanita yang lebih.
·         .Impressionisme
Impressionisme merupakan corak seni rupa yang lahir pada tahun 1874. Aliran ini mengutamakan kesan selintas dari suatu obyek yang dilukiskan. Kesan itu didapat dari bantuan sinar matahari yang merefleksi ke mata mereka. Mereka melukiskan dengan cepat karena perputaran matahari dari timur ke barat. Karena itulah dalam lukisan impressionisme obyek yang dihasilkan agak kabur dan tidak mendetail.
Tokoh aliran ini : Claude Monet, Aguste Renoir, Casmile Pissaro, SIsley, Edward Degas dan Mary Cassat. Di Indonesia penganut aliran ini : Kusnadi, Solichin dan Afandi (sebelum Ekspresionisme).
·         Ekspresionisme
Ekspresionisme adalah aliran yang mengutamakan curahan batin secara bebas. Bebas dalam menggali obyek yang timbul dari dunia batin ! Imajinasi dan perasaan. Obyek-obyek yang dilukiskan antara lain kengerian, kekerasan, kemiskinan, kesedihan dan keinginan lain dibalik tingkah laku manusia.
Pelopor ekspresionisme : Vincent Van Gogh, Paul Gaugiuin, Ernast Ludwig, Karl Schmidt, Emile Nolde, JJ. Kandinsky dan Paul Klee. Di Indonesia penganut ini adalah : Affandi, Zaini dan Popo Iskandar.
Contoh Lukisan bercorak Naturalisme, Contoh Lukisan bercorak Impresionisme, karya Basoeki Abdullah karya George Sevoat.
·         Kubisme
Kubisme lahir pada saat pameran retpektif Cezanne yakni pada tahun 1907. Corak ini menggambarkan alam menjadi bentuk-bentuk geometris seperti segitiga, segi empat, lingkaran, silinder, bola, kerucut, kubus dan kotak-kotak. Disini sei bukanlah peniruan alam melainkan penempatan bentuk-bentuk geometris dari seniman kepada alam.
Pelopor Kubisme : Gezanne, Pablo Picasso, Metzinger, Braque, Albert Glazes.
Fernand Leger, Robert Delaunay, Francis Picabia dan Juan Gris.
·         Fuvisme
Fuvisme merupakan nama yang dijuluki kepada sekelompok pelukis muda yang muncul pada abad ke 20. Ciri khas seni lukisannya ialah warna-warna yang liar. Des fauves dalam bahasa Perancis artinya binatang liar. Karena keliaran dari warna-warna itulah oleh kritikus Perancis Louis Vauxelles dilontarkan dengan nama Fauvisme.
Tokoh-tokoh aliran ini : Henry Matisse, Andre Dirrain, Maurice de Vlamink, Rauol Dufi dan Kess Van Dongen.
·         Dadaisme
Dadaisme lahir karena berkecamuknya Perang Dunia I. Sifatnya dikatakan anti seni, anti perasaan dan cenderung merefleksi kekasaran dan kekerasan. Karyanya aneh seperti misalnya mengkopy lukisan Monalisa lalu diberi kumis, tempat kencing diberi judul dan dipamerkan. Dilakukan juga metode kolase seperti misalnya kayu dan rongsokan barang-barang bekas.
Tokoh-tokoh aliran ini : Juan Gross, Max Ernst, Hans Arp, Marcel Duchamp dan Picabia.
·         Futurisme
Futurisme ialah sebuah aliran seni lukis yang lahir pada tahun 1909. Aliran ini mengatakan keindahan gerak dan dipandang sebagai pendobrak aliran Kubisme yang dianggap statis dalam komposisi, garis dan pewarnaan. Futurisme mengabdikan diri pada gerak sehingga pada lukisan anjing digambarkan berkaki lebih dari empat.
Tokoh aliran ini : Umberto, Boccioni, Carlo Cara, Severini, Gioccomo Ballad an Ruigi Russalo.
·         Surrealisme
Surrealisme pada awalnya merupakan gerakan dalam sastra yang diketemukan oleh Apollinaire utuk menyebut dramaya. Pada tahun 1024 dpakai oleh Andre Bizton untuk menyebutkan corak dalam seni lukis. Dalam kreativitasya corak surrealis berusaha membebaskan diri dari control kesadaran, menghendaki kebebasan yang selanjutnya ada kecenderungan menuju kepada realistis namun masih dalam hubungan-hubungannya yang aneh.
Pelopor Surrealisme : Joan Miro, Salvador Dali darl Andre Masson. Di Indonesia bisa disebut : Sudibio; Sudiardjo dan Amang Rahman.
·         Abstraksionisme
Seni abstrak dalam seni lukis  ialah seni yang berusaha mengambil obyek yang berasal dari dunia batin. Obyek itu bisa fantasi, imajinasi dan mungkin juga intuisi para seniman.
·         Pop Art (Popular Art)
Seni Pop atau Pop Art mula-mula berkemang di Amerika pada tahun 1956. nama aslinya adalah Popular Images. Seni ini muncul karena kejenuhan dengan seni tanpa obyek dan mengingatkan kita akan keadaaan sekeliling yang telah lama kita lupakan. Dalam mengambil obyek tidak memilih-milih, apa yang mereka jumpai dijadikan obyek.
Bahkan bisa saja mereka mengambil sepasang sandal disandarkan  diatas  rongsokan meja kemudian diatur sedemikian rupa dan akhirnya dipamerkan.
Kesan umum dari karya-karya Pop art menampilkan suasana sindiran, karikaturis, humor dan apa adanya.
Tokoh-tokohnya antara lain : Tom Wasselman, George Segal, Yoseph Benys, Claes Oldenburg dan Cristo.
Di Indonesia yang menganut aliran ini adalah seniman-seniman yang memproklamirkan diri :Kaum Seni Rupa Baru Indonesia”
·         Seni Instalasi
Berarti sejumlah kanfas atau obyek ide instalasi dimulai dari barang-barang yang  ditemukan di mana-mana dan kemudian di kembangkan, direkayasa di work shop, di improvisasi dengan ruang, atau merupakan input respons terhadap ruang ataupun yang mengelilinginya, susunan dalam sebuah fungsi dirakit dengan obyek-obyek lain jadilah sebuah sistem itulah instalasi.