Minggu, 20 September 2015

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.
a. Pengertian Pertumbuhan dan perkembangan
Santrock Yussen (1992) mengatakan bahwa perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi. Pendapat ini sangat tepat untuk menjelaskan pengertian perkembangan. Manusia berkembang tidak hanya dari masa kelahiran saja tetapi dari masa konsepsi manusia sudah mulai berkembang. Masa konsepsi mempunyai arti waktu dimana sel telur (ovum) bertemu sperma. Pada saat itu pula manusia berkembang hingga mempunyai bagian-bagian tubuh yang lengkap.
Perkembangan manusia akan terus berlanjut sampai saat pengambilan ruh tiba. Semua makhluk Tuhan tidak akan tahu kapan perkembangan dalam dirinya itu terhenti. Menurut E.B Hurlock perkembangan bersifat kualitatif dan kuantitatif, artinya proses perkembangan ada yang dapat diukur dan adapula yang tidak dapat diukur. Misalnya perkembangan otak manusia tidak dapat kita lihat proses perkembangannya, yang kita lihat adalah gejala-gejalanya. Demikian pengertian dari perkembangan itu sendiri.

Prinsip-prinsip perkembangan menurut Hurlock
  • Perkembangan awal lebih kritis dibanding perkembangan lanjutan
  • Perkembangan memerlukan proses atau perkembangan memerlukan hasil proses kematangan dan latihan
  • Pola perkembangan dapat di ramalkan
  • Pola perkembangan memiliki kharakteristik tertentu
  • Terdapat individual defferences dalam perkembangan

Selanjutnya pengertian pertumbuhan menurut Drs. H. M. Arifin, M.Ed, pertumbuhan merupakan suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif serta bagian-bagiannya. Dalam pengertian tersebut dapat kita ambil gagasan bahwa manusia dikatakan mengalami pertumbuhan jika dalam dirinya terjadi penambahan fisik, misalnya bertambah tingginya tubuh individu, penambahan berat badan dan ukuran bentuk dari bagian-bagian tubuh individu. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan bersifat kuantitatif.

Sekarang kita tahu perbedaan perkembangan dan pertumbuhan, dimana keduanya merupakan bentuk perubahan dalam diri individu. Dalam pengertian yang kita kemukakan di depan perkembangan manusia bersifat kualitatif. Intinya bahwa pengertian pertumbuhan dapat mencakup pengertian perkembangan, namun pengertian perkembangan tidak semuanya diartikan dalam petumbuhan.
  • perkembangan ...............................kualitatif
  • pertumbuhan ..................................kuantitatif
b. Anak sebagai suatu totalitas
Kata “Totalitas” berarti menyeluruh. Dalam hal ini dikatakan bahwa “anak sebagai totalitas” mempunyai arti anak adalah makhluk hidup yang merupakan satu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya (menurut Prof. Dr. Conny R.S). Maksud dari pendapat tersebut adalah adanya hubungan erat dan keterkaitan antar seluruh aspek dalam diri seorang anak dimisalkan dalam kehidupan sehari-hari pada saat anak menangis maka nanti wajahnya akan berubah menjadi warna kemerah-merahan. Dari contoh tersebut telah terbukti ada saling keterkaitan antara aspek menangis dengan berubahnya raut wajah sang anak.

c. Dalam perkembangan anak, ada tahapan yang dialami , yaitu:
1. Masa mencoreng ( umur 2 – 4 tahun)
2. Masa prabagan (umur 4 – 7 tahun)
3.  Masa bagan ( umur 7 – 9 tahun)
4 .Masa permulaan realism (umur 9 – 11 tahun)
5. Masa realisme semu ( umur 11 – 13 tahun)
6.  Masa krisis puper ( umur 13 – 17 tahun)

Sumber :          Mata kulyah pengembangan peserta didik (Drs. Jajang Suryana)
Mata kulyah evaluasi pendidikan ( Dra. Luh Suartini,M.pd)
http://rizkypena.blogspot.co.id/ ( diakses pada 11 september 2015, pukul 8.26 pm)
ket   :  Tugas /Pertemuan II, Pengembangan peserta didik


Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara

A.    Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara 


Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. 
Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. 
B.     Pendidikan Taman Siswa
Dalam pendidikan taman siswa ini pendidikan tetap dibatasi oleh tertib damainya kehidupan bersama, keselarasan, toleransi, kebersamaan, demokrasi, dan tanggung jawab disiplin.
a.       Tujuan Pendidikan Taman Siswa
Taman siswa dengan pendirinya Ki Hadjar Dewantara mendirikan sekolah sebagai usaha mencapai kemerdekaan bangsa lewat pendidikan. Taman siswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Tamansiswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dsb; sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan. 
Taman siswa anti intelektualisme, artinya siapapun tidak boleh hanya mengagungkan kecerdasan dengan mengabaikan faktor-faktor lainnya. Taman siswa mengajarkan azas keseimbangan (balancing), yaitu antara intelektualis di satu sisi dan personalitas di sisi yang lain. Maksudnya agar setiap anak didik itu berkembang kecerdasan dan kepribadiannya secara seimbang.
Tujuan pendidikan Taman siswa adalah membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang berbeda namun tujuan pendidikan Taman siswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. 
C.      Sistem Pelaksanaan Pendidikan Taman Siswa 
Pendidikan Tamansiswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, yaitu menyokong kodrat alamnya anak yang kita didik, agar dapat mengembangkan hidupnya lahir dan batin menurut kodratnya sendiri-sendiri" Dasar sistem among ini adalah kodrat alam dan kemerdekaan. (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1977). Pendidikan dengan sistem among memakai cara pondok asrama, karena dengan cara itu dapatlah ketiga lingkungan pendidikan bekerja bersama-sama (keluarga, perguruan dan perkumpulan pemuda). Persatuan ketiga corak lingkungan tersebut penting sekali untuk sempurnanya pendidikan (sistem tri-pusat pendidikan).
Pelaksanaan pendidikan tersebut berpedoman pula pada berbagai semboyan, adapun semboyan yang paling terkenal adalah “Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, Tutwuri handayani. Artinya: Kalau pendidik berada di muka, dia memberi teladan kepada peserta didik. Kalau berada di tengah, membangun semangat, berswakarya, dan berkreasi pada peserta didik. Kalau berada di belakang, pendidik mengikuti dan mengarahkan peserta didik agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab. Dalam sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik, yang dalam terminologi baru disebut student centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak didik ternyata akan ke luar “rel” atau pengembangan potensi anak didik di jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya. Dengan kata lain, seorang pendidik atau pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntut, dan membimbing peserta didik/orang yang dipimpinnya. 
Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Tamansiswa menyelanggarakan kerja sama yang selaras antartiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan masyarakat. Pusat pendidikan yang satu dengan yang lain hendaknya saling berkoordinasi dan saling mengisi kekurangan yang ada. Penerapan sistem pendidikan seperti ini yang dinamakan Sistem Trisentra Pendidikan atau Sistem Tripusat Pendidikan. 
Pendidikan Tamansiswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunatullah), Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat maing-masing indi-vidu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).
a.       10 Kompetensi Dasar Guru
·         Menguasai bahan ajar
·         Mengelola program belajar mengajar
·         Mengelola kelas
·         Mengelola / menggunakan media dan sumber belajar
·         Menguasai landasan pendidikan
·         Mengelola interaksi belajar mengajar
·         Menilai prestasi belajar siswa
·         Mengenal fungsi dan program pelajaran
·         Mengenal dan ikut menyelenggarakan administrasi sekolah
·         Memahami prinsip penelitian pendidikan dan menafsirkannya untuk pembelajaran

Sumber : Mata Kulyah Propesi kependidikan oleh ( Drs. Jajang Suryana)

http://airlangga-edu.com/?page=artikel_detail&&no=17,  Diakses pada  14 september 2015 pukul 13.20 wita

Ket : Tugas IV Peopesi Kependidikan

Rabu, 16 September 2015

peran guru, Pendidik, Pengajar, dan Pelatih

Peran  Seorang Guru
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di tingkat operasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan. Sejalan dengan tugas utamanya sebagai pendidik di sekolah, guru melakukan tugas-tugas kinerja pendidikan dalam bimbingan, pengajaran, dan latihan. Semua kegiatan itu sangat terkait dengan upaya pengembangan para peserta didik melalui keteladanan, penciptaan lingkungan pendidikan yang kondusif, membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik. Dengan perkembangan dan tuntutan yang berkembang dewasa ini, peran-peran guru mengalami perluasan, yaitu sebagai pelatih, konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, dan pembelajar.
1.       Guru Sebagai Pendidik
Pendidik dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 didefinisikan dengan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2 dikatakan bahwa Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan, tugas-tugas pengawasan dan pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Menurut Abdurrahman An Nahlawi, dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, agar seorang guru dapan menjalankan fungsinya sebagai pendidik, maka ia harus memiliki sifat-sifat berikut ini: Setiap pendidik harus memiliki sifat rabbani, yaitu memiliki ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
·         Seorang guru hendaknya menyempurnakan sifat rabbaniahnya dengan keikhlasan.
·         Seorang pendidik hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar.
·         Seorang pendidik harus memiliki kejujuran dengan menerapkn apa yang dia ajarkan dalam kehidupan pribadinya.
·         Seorang guru harus senantiasa meningkatkan wawasan, dan pengetahuannya.
·         Seorang pendidik harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode pengajaran yang variatif serta sesuai dengan situasi dan materi pelajaran.Seorang guru
·         harus mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai proporsinya.
·         Seorang guru dituntut untuk memahami psikologi anak didiknya.
·         Seorang guru dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga dia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak dan akibatnya terhadap anak didik.
·         Seorang guru dituntut untuk memiliki sikap adil terhadap seluruh anak didiknya.

2.       Guru Sebagai Pembimbing
Guru sebagai Pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan pengetahuan, tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:
·         Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai.
·         Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
·         Guru harus memaknai kegiatan belajar.
·         Guru harus melaksanakan penilaian.

3.       Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran, peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru akan bertindak sebagai fasilisator dan motivator yang bersikap akrab dengan penuh tanggung jawab, serta memperlakukan peserta didik sebagai mitra dalam menggali dan mengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan.Guru dalam melaksanakan tugas profesinya selalu dihadapkan pada berbagai pilihan, karena kenyataan di lapangan kadang tidak sesuai dengan harapan, seperti cara bertindak, bahan belajar yang paling sesuai, metode penyajian yang paling efektif, alat bantu yang paling cocok, langkah-langkah yang paling efisien, sumber belajar yang paling lengkap, sistem evaluasi yang sesuai.
Meskipun guru sebagai pelaksana tugas otonom, guru juga diberikan keleluasaan untuk mengelola pembelajaran, dan guru harus dapat menentukan pilihannya dengan mempertimbangkan semua aspek yang relevan atau menunjang tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pengambil keputusan.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu: membuat ilustrasi, mendefinisikan, menganalisis, bertanya, merespon, mendengarkan, menciptakan kepercayaan, memberikan pandangan yang bervariasi, menyediakan media untuk mengkaji materi standar, dan menyesuaikan metode pembelajaran.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi.
4.      Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar, dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. sebagai pelatih, guru memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi peserta didik untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sebagai latihan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

Sumber : http://lolo-faidah.blogspot.co.id/2012/03/peran-guru-sebagai-pendidik-pembimbing.html, diakses Pada 16 September 2015, pukul 15.02 wita

ket: Tugas atau pertemuan II

Selasa, 15 September 2015

propesi kependidikan

Propesi kepedidikan



Pendidikan adalah investasi Sumber Daya Manusia (SDM) jangka panjang. Oleh Sebab itu, tidak heran apabila suatu Negara menempatkan Pendidikan sebagai variable utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negaranya, termasuk di Negara Indonesia. Pendidikan yang berhasil akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat seta tidak menyusahkan orang lain. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju mengakui bahwa pendidik / guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur  pembentuk utama calon anggota masyarakat. 
Profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrument untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.

Propesi merupakan pekerjaan tertentu yang membutuhkan waktu untuk mendapatkannya, dan memiliki standar tertentu.
Ciri-Ciri Propesi   

·          Karier yang dilajani dalam kurun waktu yang lama
·         Memerlukan bidang dan keterampilan keilmuan tertentu (khusus)
·         Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi teori
·         Membutuhkan pelatihan
·         Kendali berdasarkan lisensi
·         OTONOM ( sesuai pertimbagan yang dimiliki atau tidak bias diinspensi pihak lain
·         Memiliki komitmen layanan
·         Menggunakan administrator untuk memudahkan propesinya
·         Mempunyai organisasi ( mengikat secara formal)
·         Mempunyai kode etik
·         Mempunyai kadar kepercayaan dari masyarakat
·         Mempunyai status sosial yang tinggi

SSumber : Mata Kuliyah Propesi Kependidikan ( DRs. Jajang Suryana )
http://hamdanguangshemabu.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-profesi.html, Diakses pada 16 september 2015, pukul 14.40 wita

Ket : Tugas I

ciri-ciri perkembangan peserta didik

A.    Ciri-Ciri Perkembangan

1.      Sistematis : Setiap unsur fisik dan psikis, saling memberi pengaruh, dan bahan saling bergantung
Ciri –ciri perkembanan yang sistematis:
·         Pisik, emosi, intelegensi maupun social, berkembang mengikuti pola tertentu
·         Pola awal menjadi modal perkembangan lanjuannya
·         Perkembangan bertahap, dari kepala kekaki, dari tengah ke samping dsb
·         Egosentris ke perspektifis

2.      Progresif : Perubahan bersipat maju , eningkat bahkan mendalam
Secara fisik                        bersifat kuantitatif
Secara psikis                      kualitatif
Ciri-ciri perkembangan progresif:
·         Perubahan atau perkembangan bersifat ( Never Ending Proses) atau tidah pernah berhenti berproses, hal ini terkait dengan pengalaman dan pengetahuan
·         Fisik dan psikis memiliki tempo yang berlainan

3.      Sinambung : perubahan konting organisme, perkembangan berlangsung secara natural
Ciri-cirinya:
·         Dari outdor control ke innecontrol atau dari umum ke khusus
·         Struktur mendahului fungsi, seperti saat pertumbuhan bayi, dia memiliki kaki yang kuat terlebih dahulu baru bias berjalan
·         Setiap pase perkembangan memiliki khas sendiri

4.      Aristoteles : periodisasi atas gejala jasmani
§  Dari fase 1 ke fase 2 ditandai dengan pergantian gigi
§  Fase 2 ke fase 3 ditandai dengan mulai berfungsinya kelenjar-kelenjar kelengkapan kelamin

5.      Oswald Koch : periodisasi berdasarkan keadaan psikologi yaitu masa kegoncangan yang di alami setiap individu.

B.     Periode periode perkembangan anak.

1)      Harvey A. Tilker dan Elizabeth B. Hurlock :  Masa Period (Periode Pra Lahir), masa konsepsi 9 bulan 10 hari
·         Periode Telur / Zigot > sampai akhir minggu ke-2
·         Periode Embrio > Akhir minggu ke-2  sampai akhir bulan ke-2
·         Periode Janin / Fetus > dari akhir bulan ke-2 sampai masa lahir


2)      New Born : Periode bayi baru Lahir
·         Sejak bayi Lahir > Usia 10-15 hari sampai masa krisis
·         Masa Plateau Stage > Masa pemberhentian Pertumbuhan

3)      Baby Hood  : Dari masa 2 minggu sampai 2 tahun
·         Pada masa ini termasuk periode kritis, periode pembentukan  segala pengaruh dasar kepribadian

4)      Early Childhood : Masa kanak-kanak Awal
·         Masa ini dimana masa anak-anak mempersiapkan diri hidup di lingkungan social , sekitar diamasa kelas1 SD

5)      Later Childhood : Masa Kanak-kanak akhir
·         Pada masa ini anak berusia sekitar 6-12 tahun, di masa ini juga anak-anak siap menerima tuntutan orang di lur dirinya

6)      Puberty : Masa/ periode puber
·         Periode ini merupakan periode tumpang tindih antara masa kanak-kanak akhir dengan masa anak remaja. Di masa ini umur berkisar ( 10 – 12 tahun sampai 15-16 tahun)
·         Diperiode ini ditandai dengan perubahan tubuh (Propersi tubuh, kondisi tubuh), pertumbuhan ciri-ciri seks awal (jenis kelamin awal) dan
Sekunder

7)      Early Adulthood : Masa dewasa awal  dari usia (21 -40 tahun)
8)      Midle Adulthood ( Masa dewasa Madya) dari usia ( 40- 60 tahun)

9)      Later Adulthood : Masa usia lanjut , dari usia 60 tahun ke atas.


Secara umum, ciri-ciri perkembangan dapat dirincikan yaitu sebagai berikut ini.
  •  Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (perubahan berat badan dan organ-organ tubuh) dan aspek psikis (matangnya kemampuan berpikir, mengingat, dan berkreasi).
  • Terjadinya perubahan dalam proporsi; aspek fisik (proporsi tubuh anak beubah sesuai dengan fase perkembangannya) dan aspek psikis (perubahan imajinasi dari fantasi ke realitas).
  • Lenyapnya tanda-tanda yang lam; tanda-tanda fisik (lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar anak-anak) seiring bertambahnya usia) aspek psikis (lenyapnya gerak-gerik kanak-kanak dan perilaku impulsif).
  • Diperolehnya tanda-tanda yang baru; tanda-tanda fisik (pergantian gigi dan karakter seks pada usia remaja) tanda-tanda psikis (berkembangnya rasa ingin tahu tentang pengetahuan, moral, interaksi dengan lawan jenis).

 Sumber : Mata Kuliah Perkembangan Peserta didik ( Drs. Jajang Suryana )

ket: Tugas 3